Pembelajaran menulis teks puisi masih terfokus pada teori saja. Guru sebagai fasilitator di kelas hanya memberikan teori tentang unsur-unsur pembangun puisi, tanpa memberikan rangsangan bagi siswa. Teknik penulisan juga hanya sebatas teori tanpa memberi pengalaman menulis yang berkesan.
Menurut Herman J. Waluyo (2010: 1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi merupakan karya sastra yang menyajikan ekspresi dalam bentuk bahasa kiasan yang berirama indah. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting digunakan dalam wujud yang paling berkesan ( Pradopo, 2002:7).
Kondisi hasil pembelajaran menulis teks puisi di kelas VIII A SMP Negeri 1 Bawen Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 pada Kompetensi Dasar 4.8 yaitu menyajikan gagasan, perasaan, dan pendapat dalam bentuk teks puisi secara tertulis/lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi menunjukkan hasil yang cukup rendah. Data kuantitatif menunjukkan dari 32 siswa hanya 15 siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73. Sebanyak 48% siswa belum mencapai KKM. Sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM hanya 53,12% atau sebanyak 17 psiswa. Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya perubahan strategi pembelajaran agar siswa lebih kreatif dan terampil.
Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan “Teknik Akrostik”. Teknik Akrostik menurut Miku Chan (2013) adalah teknik penulisan puisi menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai setiap baris dalam puisi. Puisi akrostik berbeda dengan puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal.
Pada tindakan 1, sebelum kegiatan pembelajaran, guru menayangkan video keindahan alam. Sambil menyaksikan tayangan video keindahan alam Raja Ampat, siswa mencatat kata-kata yang berhubungan dengan tayangan video. Kata-kata yang telah dipilih ditulis secara vertikal dengan huruf kapital. Setiap huruf dikembangkan menjadi sebuah larik puisi. Semakin panjang kata yang dipilih oleh peserta didik, maka semakin panjang pula puisi yang dibuat. Pembelajaran dengan teknik ini memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Pada tindakan 1 ketuntasan belajar unjuk kerja menulis teks puisi siswa meningkat menjadi 65,63% dengan rerata nilai 72,2 dan masih ada 11 siswa yang belum tuntas belajar. Akan tetapi, hasil ini masih belum memenuhi target. Ketuntasan belajar unjuk kerja menulis teks puisi belum mencapai ketuntasan klasikal sebesar 85%. Hal inilah yang menyebabkan perlunya tindakan kedua.
Proses pembelajaran pada tindakan kedua dilakukan dengan penayangan video keindahan alam yang lebih luas yaitu keindahan alam Indonesia. Pembagian kelompok yang semula hanya dua orang ditingkatkan menjadi empat orang dalam satu kelompok. Perlakuan ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar unjuk kerja menulis teks puisi naik signifikan menjadi 93,75% dengan rerata nilai 80,91 dan 30 siswa tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa telah terpenuhinya indikator keberhasilan pembelajaran menulis teks puisi dengan teknik akrostik di kelas VIII A sebesar 85%.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, perilaku siswa menjadi lebih aktif dalam bekerja sama, bertanggung jawab, percaya diri, dan jujur. Siswa lebih senang dan tertarik dengan penggunaan media video keindahan alam.
Dapat disimpulkan bahwa teknik akrostik berbantuan video keindahan alam dapat meningkatkan keterampilan menulis teks puisi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bawen Semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Semoga teknik ini dapat digunakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lain.
Oleh Eni Riswanti, S.Pd.
Guru SMP Negeri 1 Bawen Kab. Semarang
(sudah diterbitkan di Jateng Pos)